header

Suami Shalih Takkan Menghinakan Dan Merendahkan Istrinya


Ketika seorang suami shalih melihat keburukan dari istrinya, melihat sesuatu yang ia benci dari istrinya, ia tidak akan serta merta menceraikan istrinya. Suami yang bertakwa akan mengamalkan firman Allah,
ۚ
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا [النساء : 19]

“Bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian, apabila kalian tidak menyukai mereka, (bersabarlah) karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (an-Nisa’: 19)

Dia akan memperbagus ucapannya dan memperbaiki tingkah laku serta penampilannya sebagaimana halnya sang istri dituntut demikian. Jika dia tidak menyukai sesuatu dari sang istri, entah wajahnya yang kurang cantik, kurang pandai memasak, atau kurang pandai mengatur rumah, dia akan bersabar. Dia tidak akan memberikan beban yang melampaui batas dan tidak memayahkan istri untuk memenuhi hak-haknya. Sebaliknya, dia rela sebagian haknya tidak terpenuhi. Semua ini untuk merealisasikan hal yang lebih penting, yaitu memperbaiki pergaulan suami istri.

Suami yang bertakwa akan mengajari dan mendidik istrinya. Sang istri tidak akan dia jadikan sebagai binatang piaraan yang hanya tahu makan, minum, dan bekerja. Sebaliknya, istri juga tidak dibiarkannya lepas sebebas-bebasnya mengikuti arus emansipasi wanita yang begitu gencar didengung-dengungkan oleh musuh-musuh Islam. Dia akan mengarahkan istrinya agar berjalan di atas jalannya, yaitu jalan ketaatan kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shalallahu’alaihi wasallam.

Suami yang bertakwa akan bersikap lembut kepada istrinya, tidak kaku dan tidak kasar. Dia akan berusaha memiliki sifat hamba-hamba Allah yang beriman, yaitu bersikap lemah lembut kepada kaum mukminin dan bersikap keras kepada orang-orang kafir.

Suami yang bertakwa tidak akan merendahkan dan menghinakan istrinya. Jika mencintai istrinya, dia akan memuliakannya. Sebaliknya, jika tidak mencintainya, dia tidak akan menghinakannya.

Pendek kata, suami yang bertakwa akan berusaha mempelajari dan mengamalkan bimbingan Allah Subhanahu dan Rasul-Nya shalallahu’alaihi wasallam ketika memimpin bahtera rumah tangganya. Segala problem yang terjadi akan dikembalikan kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shalallahu alaihi wasallam. Dengan demikian, terbentuklah di bawah kepemimpinannya keluarga sakinah yang penuh cinta dan kasih sayang.


Sumber: qonita/ruangmuslimah.co

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel