Suami, Bantulah Pekerjaan Istri Di Rumah
Selasa, 25 Februari 2020
Edit
Sebuah survei di Inggris mengumumkan bahwa hanya 16% saja suami yang bersedia membantu istrinya mengurus rumah. Zaman sekarang, mungkin persentase itu tak hanya berlaku di Inggris, tapi juga di Indonesia. Coba deh dibuktikan sendiri, berapa banyak sih suami yang masih mau mencuci pakaian sendiri setelah menikah, atau malah membantu istrinya untuk tugas mencuci pakaian?
Saya bersyukur sekali dikaruniai suami yang mau ta’awun (bekerjasama) dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Meskipun sehari-hari saya bukanlah wanita karir yang harus masuk kantor dari pagi dan pulang sore, suami tetap senang hati dan tidak gengsi untuk berbagi tugas rumah tangga dengan saya.
Rupanya, suami saya meneladani Baginda Rasulullah صلى الله عليه وسلم. untuk hal ini.
Al-Aswad, seorang tabi’in, berkata:
سَأَلْتُ عَائِشَةَ: مَا كَانَ النَّبِيُّ n يَصْنَعُ فِي بَيْتِهِ؟
Aku pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Apa yang biasa dilakukan Nabi صلى الله عليه وسلم di dalam rumahnya?”
Aisyah radhiyallahu ‘anha menjawab:
كَانَ يَكُوْنُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ –تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ– فَإِذَا حَضَرَتِ الصَّلاَةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلاَةِ
“Beliau biasa membantu pekerjaan keluarganya. Jika datang waktu shalat, beliau keluar untuk melaksanakannya.” (HR. al-Bukhari no. 676)
Dalam kitab asy-Syama’il karya al-Imam at-Tirmidzi t (no. 2491) disebutkan bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
ماَ كَانَ إِلاَّ بَشَرٌ مِنَ الْبَشَرِ يَفْلِي ثَوْبَهُ وَيَحْلُبُ شَاتَهُ وَيَخْدُمُ نَفْسَهُ
“Tidaklah beliau melainkan seorang manusia sebagaimana yang lain. Beliau biasa membersihkan pakaiannya, memerah susu kambingnya, dan melayani keperluannya sendiri.” (Disahihkan al-Imam al-Albani dalam tahqiq-nya terhadap Mukhtashar asy-Syama’il al-Muhammadiyyah no. 293 dan ash-Shahihah no. 671)
Dalam riwayat Ahmad (6/256) dan Ibnu Hibban yang dibawakan dalam Fathul Bari (2/212) disebutkan:
يَخِيطُ ثَوْبَهُ
“Beliau biasa menjahit pakaiannya.”
Ibnu Hibban menambahkan:
وَيَرْقَعُ دَلْوَهُ
“Dan menambal embernya.”
Demikianlah contoh sebuah ketawadhu’an dan sikap rendah hati (tidak takabur) serta tidak memberatkan orang lain. Beliau turut mengerjakan dan membantu pekerjaan rumah tangga. Seorang hamba Allah yang terpilih tidaklah segan mengerjakan hal itu semua.
Rasululloh Shollalloohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :
“Ketahuilah, setiap kalian adalah penanggung jawab dan akan ditanyai tentang tanggung jawabnya. Seorang pemimpin yang memimpin manusia adalah penanggung jawab dan kelak akan ditanya tentang mereka. Seorang laki-laki adalah penanggung jawab atas keluarganya dan kelak dia akan ditanya tentang mereka. Seorang istri adalah penanggung jawab rumah tangga dan anak-anak suaminya, dan kelak akan ditanya. Seorang hamba sahaya adalah penanggung jawab harta tuannya dan kelak dia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah, setiap kalian adalah penanggung jawab dan kelak akan ditanyai tentang tanggung jawabnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5188 dan Muslim no. 1829)
Anyway, dari hadits di atas, jelas istri juga tak lepas akan tanggung jawab terhadap rumah tangga dan anak-anak suaminya.
So the point is: pandai-pandailah membagi tugas rumah tangga tanpa mengabaikan tanggung jawab yang dipikul. Dan yang paling penting: ikhlas saat mengerjakannya.
Sumber : ruangmuslimah.co